Home » » Bahasa Jawa dalam Huruf Latin: Kapan Menggunakan 'A' dan 'O'?

Bahasa Jawa dalam Huruf Latin: Kapan Menggunakan 'A' dan 'O'?

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Monday, December 9, 2013 | 11:48 AM

Seperti kita ketahui, sebagian orang sering keliru menulis bahasa Jawa dengan huruf Latin, yaitu dengan memakai huruf 'o' untuk kata-kata yang seharusnya ditulis dengan huruf 'a', misalnya: 
  • 'sapa' (siapa) ditulis 'sopo'  
  • 'apa' (apa) ditulis 'opo'
  • ajining raga saka busana ditulis ajining rogo soko busono
  • dan seterusnya. 
Hal itu terjadi karena dalam menuliskan bahasa Jawa, mereka menyamakannya dengan penulisan bahasa Indonesia (overlapped) dalam persepsi.

Saya sendiri belajar bahasa Jawa hanya ketika di SD dan SMP. Walaupun begitu, saya dulu masih konsisten menuliskan bahasa Jawa dengan tepat sesuai dengan perdoman karena waktu kecil saya punya bacaan majalah bahasa Jawa langganan ayah saya, majalah Jayabaya. Namun, seiring perkembangan teknologi dan zaman, teman-teman saya sering menuliskan 'a' menjadi 'o' seperti pada contoh di atas ketika mengirim SMS. Ketika saya menjawab dengan penulisan yang baik dan benar, kadang mereka justru kesulitan menangkap pesan saya. Dan akhirnya saya pun hanyut juga oleh kebiasaan salah yang mulai kaprah, mengganti 'a' dengan 'o'.

Nguri-Uri Basa Jawa

Bagaimanapun juga, efek perkembangan teknologi tidak selalu negatif. Buktinya, dengan media sosial Facebook saya kini bisa mengikuti grup Nguri-Uri Basa Jawa (klik untuk bergabung dengn grup ini), tempat saya bisa belajar bahasa Jawa dengan baik dan benar. Dan kebetulan sekali pada tanggal 3 Oktober dan 24 November, admin grup Facebook Nguri-uri Basa Jawi, Bapak Djajus Pete (klik link untuk membuka blog beliau), sastrawan bahasa Jawa yang terkenal itu, membahas penulisan ejaan bahasa Jawa dalam huruf Latin yang baik dan benar (Ejaan basa Jawa sing bener). Pembahasan posting kali ini, yaitu bagaimana membedakan kata-kata dalam bahasa Jawa yang harus ditulis dengan memakai huruf latin 'o' dengan kata-kata yang harus ditulis dengan huruf 'a', adalah pelajaran ejaan bahasa Jawa di grup Nguri-Uri Basa Jawa oleh beliau.

Ejaan Bahasa Jawa dalam Huruf Latin

Untuk mengetahuinya, kita harus merujuk pada pedoman ejaan bahasa Jawa berikut:

Aksara Hanacaraka

Dalam penulisannya, bahasa Jawa menggunakan aksara Hanacaraka atau aksara Jawa. Aksara Jawa adalah sistem tulisan Abugida, atau alphasyllabary, artinya hibrida/campuran antara aksara silabik (suku kata) dan aksara alfabet. Setiap huruf pada aksara Jawa melambangkan suatu suku kata dengan vokal /a/ atau [ä] /ɔ/ (aksara silabik). 

Dalam penerapannya, aksara Jawa bisa dibagi menjadi tiga jenis: aksara nglegena (huruf gundul/dasar), sandhangan (tanda baca vokalisasi yang tidak dapat berdiri sendiri), serta pasangan (huruf subskrip yang menghilangkan vokal inheren aksara tempat ia terpasang), dan pada (tanda baca).

Sandhangan Swara Taling Tarung (Tanda Baca Vokalisasi Taling Tarung)

Sandhangan swara adalah tanda baca vokalisasi yang diletakkan di sebelah kiri kanan satu aksara Jawa untuk mengubah suaranya menjadi /o/.

Sandhangan Swara Suku (Tanda Baca Vokalisasi Taling Tarung)

Sandhangan swara adalah tanda baca vokalisasi yang mengubah suaranya menjadi /u/ tegak maupun u miring [ü] [ó].
Huruf Dasar (Aksara Nglegena) Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu:

Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.com/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Huruf Dasar (Aksara Nglegena) Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu:

Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.com/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana,

Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.com/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana,

Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.com/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya

No. Huruf Latin Dibaca Ukara (Jawa) Pembentuk
1 a [a] (a tegak) aku aksara nglegena
2 a
[ä] (a miring), [ɔ] [ó] (o Jawa) ana aksara nglegena
3 o [ä] (a miring), [ɔ], [ó] (o Jawa) sorot taling tarung
4 o [o] omah taling tarung
5 u [ü] (u miring), [ó] abuh suku

Dari perbandingan di atas, tampak jelas perbedaan yang sering membuat kita melakukan tumpang tindih penulisan bahasa Jawa dalam huruf Latin. Saya jadi teringat debat dengan teman indekos dari Aceh yang belajar di S-2. Beliau bilang, "orang Jawa itu bilang rahman kok rohman pakai 'o'. Padahal dalam bahasa Arab itu adanya 'a', bukan o. Hanya karena 'ra' berat maka 'a' dibaca seperti 'o'. Setelah meneliti penjelasan di tabel itu, maka kini saya tahu jawabannya bahwa sebenarnya tranliterasi bahasa Jawa dalam huruf Latin maupun pengucapan bahasa Arab 'rahman' sebenarnya sudah pada rel yang benar.

Tips dari Ki Djajus Pete:

Ketika menulis bahasa Jawa, yang harus ada di dalam pikiran kita hendaklah bahasa Jawa, jangan sampai membayangkan 'a' dalam bahasa Indonesia yang berbeda vokalnya. Memikirkan bahasa Indonesia saat menulis bahasa Jawa bisa mengakibatkan kekeliruan seperti di atas.

Tips dari Ki Satwoko D. Siswoko:

Saat kelas 2 Sekolah Rakjat (1948) dalam pelajaran bahasa Jawa, oleh Ibu Guru saya diberi tips untuk membedakan cara penulisan menggunakan 'a' atau 'o' dalam kata benda, dengan cara bantuan akhiran -ne (milik). Contoh:
  • werna → wernAne
  • rupa → rupAne
  • buta → butAne
  • sega → segAne

Tips penulisan bahasa Jawa

Untuk memperjelasnya, saya juga menanyakan ke Bapak Djajus Pete tentang kebingungan saya mengenai penulisan 'o' dan 'a' ini:

Nguri-uri Basa Jawa
Sinau basa Jawa

Pertanyaan saya di atas langsung direspon dengan cepat oleh Bapak Djajus Pete yang saya copas sebagai berikut:

P I T A K O N A N

Tircahyo Abadi :

Nyuwun pirsa, Ki Djajus : bosok ( benyek ngatarani arep rusak ) maosipun kados "lara' , kok mboten diserat 'basak' ? ( ngapunten nggih Ki, taksih blajar niki amburadul basa jawane wk wkwkwk).

Wangsulan :
(1) Ejaan basa Jawa iku mawa dhasar saka aksara Jawa. Tembung 'bosok' yen ditulis aksara Jawa nganggo sandhangan 'taling tarung'. Sandhangan taling tarung iku padha karo 'o'. Mulane nulise mawa 'o' = bosok.
Mengkono uga tembung > bobrok, borok , rosok ; rokok ; bonyok ; mosok, nganggo 'taling tarung' (o). Yen 'mosok' ditulis 'a' dadi 'masak' bisa salin tegese, ateges > olah-olah. Bonyok yen ditulis nganggo 'a' dadi banyak, bisa saling teges, arane sato iwen (unggas) aran 'banyak' sing swarane ngak ngak....

Pertanyaan:
Tricahyo Abadi: Mohon penjelasan Ki Djajus, kata 'bosok' (busuk) dibaca seperti pada kata 'lara', tetapi mengapa tidak ditulis 'basak'? (mohon maaf ya, Ki, saya masih belajar sehingga amburadul bahasa Jawa saya, hahaha).


Jawaban:
Ejaan bahasa Jawa (dalam huruf Latin) itu menggunakan dasar dari huruf Jawa. Kata 'bosok' dalam aksara Jawa ditulis dengan memakai sandhangan taling tarung. Sandangan taling tarung ini harus ditulis 'o' dalam huruf Latin.
Demikian juga kata: bobrok, borok , rosok, rokok, bonyok, mosok, memakai tanda baca vokalisasi taling tarung.

Tips Belajar Bahasa Jawa

Ki Djajus Pete:
Ing sekolahku biyen sabenere aku ora tau antuk wulangan basa Jawa kanthi becik. Bisaku basa Jawa mung saka sinau dhewe saka sengsemku marang basa lan sastra Jawa wiwit SD. Seneng maca majalah Jawa lan buku-buku crita basa Jawa lan niteni kepiye ejaane ing basa tulis. Kejaba seneng niteni aku ya sregep nyathet-nyathet kawruh basa ing buku tulis supaya ora lali.
Dadi, wose wangsulan iki, yen kepengin lancar bisa nggunakake basa Jawa lesan apadene basa tulis, sranane kudu ana niyat kanggo sinau dhewe. Ora kudu sinau aksara luwih dhisik, nanging saka niteni kepiye panulise. Sateruse bisa karo mlaku kanggo nambah perbendaharan kata lan liya-liyane...
Bakal saya becik yen uga merlokake tuku buku-buku kawruh basa Jawa lan kamus basa Jawa sing mesthi ana ing saben toko buku.

Ki Djajus Pete:
Di sekolah saya dulu pun sebenarnya tidak pernah mendapat pelajaran bahasa Jawa dengan baik. Adapun saya bisa menguasai bahasa Jawa, itu semata dari belajar sendiri berawal dari rasa jatuh cinta saya terhadap bahasa dan sastra Jawa sejak SD. Hobi membaca majalah Jawa dan buku-buku cerita bahasa Jawa dan menghafal bagaimana ejaannya dalam bahasa tulisan. Selain suka menghafal, saya juga rajin mencatat ilmu bahasa di buku tulis supaya tidak lupa.
Oleh karena itu, inti jawaban saya ini, jika ingin lancar bisa menggunakan bahasa Jawa lisan maupun tulisan, caranya harus ada niat untuk belajar sendiri. Tidak harus belajar huruf terlebih dahulu, tetapi bisa dimulai dari menghafal bagaimana penulisannya (dalam huruf Latin). Untuk selanjutnya, bisa dilakukan sambil jalan untuk menambah perbendaharaan kata dan lain sebagainya. Akan semakin bagus apabila kita juga membeli buku-buku pengetahuan dan kamus bahasa Jawa yang selalu ada di setiap toko buku.

Demikian catatan pelajaran saya hari ini. Kemungkinan catatan di atas banyak salah, maka saya sangat berharap koreksinya dari para winasis. Sekian.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into